Jakarta (16/08/2024) — Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (JAKER) akan menggelar diskusi dan bedah buku novel sejarah berjudul Menghadang Kubilai Khan karya AJ Susmana. Acara perdana ini dijadwalkan berlangsung pada Minggu, 18 Agustus 2024, pukul 14:00 di Kelakar Coffee Tebet, Jakarta Selatan.
Laurentinus Justinianus Sonny, Sekretaris Jenderal JAKER, menginformasikan bahwa acara ini akan dihadiri oleh pembedah yang dikenal luas dalam dunia penulisan dan budaya, seperti Sihar Ramses dan Wenri Wanhar. Politisi PRIMA, Ahmad Rifai, serta Nuraini Hilir, Tenaga Ahli KSP, juga dipastikan akan turut meramaikan acara ini.
Sonny menjelaskan, “Ini adalah acara perdana yang akan kami adakan. Diskusi dan bedah buku ini juga akan diselenggarakan di kota-kota lain sebagai bagian dari rangkaian acara nasional. Jakarta menjadi tempat pembuka untuk kegiatan di kota-kota lain seperti Palembang, Mataram, dan Jember.”
Sonny menambahkan bahwa novel Menghadang Kubilai Khan tidak hanya relevan untuk konsolidasi internal JAKER menjelang Musyawarah Nasional offline mendatang, tetapi juga menawarkan gagasan-gagasan penting tentang kebangsaan dan perjuangan keadilan di tengah perubahan politik global. “Narasi kuat dalam novel ini, seperti persatuan, patriotisme, dan kesetaraan dalam perdagangan dunia, sangat menonjol,” ujar Sonny. Ia juga menilai bahwa Kubilai Khan, sebagai penguasa dunia pada masa lalu, dapat diibaratkan dengan kaum globalis dan imperialis modern yang berupaya menguasai sumber daya Indonesia.
AJ Susmana, penulis novel Menghadang Kubilai Khan, menyatakan bahwa meskipun novel ini berlatar pada abad ke-13, pesan dan pelajaran yang disampaikan relevan dengan situasi Indonesia saat ini. “Indonesia yang sedang mencari posisinya dalam percaturan politik dunia membutuhkan refleksi sejarah. Periode abad ke-13, dengan tokoh-tokoh seperti Kertanagara, Tapasi, dan Dyah Wijaya, menunjukkan bagaimana peradaban dan teknologi dapat memajukan sebuah bangsa,” kata AJ Susmana.
Menurut AJ Susmana, situasi saat ini tidak jauh berbeda. “Kita memiliki tokoh-tokoh nasional seperti Presiden Jokowi, yang akan digantikan oleh Prabowo Subianto, serta Megawati yang menjadi oposisi. Politisi muda seperti Puan Maharani dan Gibran juga terus berkembang. Di luar negeri, kita melihat kemajuan teknologi dari Xi Jinping dengan Republik Rakyat Tiongkok, Amerika Serikat, dan Rusia,” tambahnya. “Indonesia perlu pemimpin seperti Dyah Wijaya yang dapat membaca situasi dan memanfaatkan teknologi untuk kemajuan bangsa,” ujarnya menutup pernyataannya.
AJ Susmana, yang nama lengkapnya adalah Antun Joko Susmana, adalah alumnus Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM). Selain dikenal sebagai penulis dan aktivis kebudayaan, ia juga aktif dalam politik sebagai Wakil Ketua Umum Partai Rakyat Adil Makmur (PRIMA). Susmana terlibat dalam pergerakan mahasiswa dan politik sejak masa kuliah, termasuk dalam Partai Rakyat Demokratik (PRD) dan JAKER.
Penulis: Landung Darmo