Menu

Mode Gelap
 

Opini · 21 Jun 2023 13:28 WIB ·

Kai Wai; Jiwa Yang Mulai Dilupakan


 Foto Kawan-kawan Huma Bupolo Kreatif dalam merayakan Hari lahir Huma Bupolo Kreatif ke-2 Tahun Perbesar

Foto Kawan-kawan Huma Bupolo Kreatif dalam merayakan Hari lahir Huma Bupolo Kreatif ke-2 Tahun

Berawal dari berkabar via online dengan beberapa teman di pulau buru, tempat kelahiranku. Berbagai macam topik mewarnai percakapan singkat kita, mulai dari perkembangan dan kemajuan juga persoalan kebudayaan dan tradisi daerah yang mulai ditinggalkan.

Terlintas kata budayawan Sujiwo Tejo “berhenti berbicara modern, kalau kebudayaan dan tradisi di tinggalkan”. Kalimat ini cukup mewakili gambaran situasi pulau Buru saat ini.

Sekitar tahun 2005 saat masih duduk di sekolah dasar, saya bahkan sudah menjadi salah satu yang menikmati hasil perkembangan teknologi. Benar adanya bahwa kondisi pulau Buru telah dihadapakan dengan perkembangan tekonologi yang begitu pesat sehingga mempengaruhi pergaulan hidup sehari-hari di masyarakat, tak terkecuali bagi saya yang menyandang status sebagai anak muda.

Perkembangan semacam ini pun turut memberikan perspektif bagi kehidupan sehari-hari. Misalnya bagaimana saya harus berteman secara baik, termasuk bagaimana saya mencari teman yang cocok sebagai kawan diskusi maupun bersenang-senang.

Dibesarkan ditengah kondisi lajunya perkembangan teknologi sudah tentunya menjadi sesuatu kebanggan bagi saya, namun disaat bersamaan pun turut menghadirkan sebuah kegelisahan yang teramat dalam. Bagaimana tidak, budaya daerah yang mestinya dipertahankan perlahan mulai dikikis dan hilang disapuh bersih oleh badai globalisasi.

Arus perkembangan semakin tak terbendung, namun di Pulau Buru yang letaknya di Indonesia bagian timur, Provinsi Maluku masih memliki  Budaya “Kai Wai”, budaya yang selalu di wariskan dari generasi ke generasi. Budaya kai wai yang berarti kaka adik atau bersaudara.

Diyakini bahwa kebiasan Kai Wai ini dapat membawa kebaikan dalam pergaulan masyarakat pulau buru. Budaya “bersaudara” yang bukan hanya sebatas kaka dan adik, namun juga terhadap setiap orang yang mendiami pulau buru, tanpa memandang satatus dan perbedaan yang dimiliki.

Dalam beberapa kesempatan, budaya Kai Wai ini tercermin dalam pergaulan anak muda yang  dimana selalu ramah dengan setiap orang yang di temui, bahkan akan disambut dengan persembahan siri pinang yang dimaknai sebagai simbol kerukunan hidup bersaudara masyarakat Pulau Buru.

Hal yang serupa pula akan dilakukan saat penyelesaian konflik/selisih paham antara masyarakat di Pulau Buru. Ketika proses penyelesaian berlangsung biasanya akan dimulai dengan persembahan siri dan pinang sebagai sareat pembuka percakapan.

Budaya yang benar-benar dimaknai sebagai suatu kekuatan persaudaraan antara sesama tidak akan musnah di telan waktu.

Menjadi penting bagi kita generasi muda Pulau Buru dan semua anak bangsa untuk tetap menjaga dan melestarikan budaya.

Tetaplah moderen, tetaplah millenial tanpa harus meninggalkan kebudayaan.

Muda sudah pasti milenial, milenial belum tentu berbudaya, anak muda harus berbudaya.

Penulis: Reza Reinaldi Wael /Adhyna

Artikel ini telah dibaca 175 kali

badge-check

Administrator

Baca Lainnya

Penambangan Pasir Kali Gendol: Antara Manfaat Ekonomi, dan Kerusakan Lingkungan

10 Januari 2025 - 07:03 WIB

PERAN MEDIA DALAM MENGANGKAT ISU-ISU PAPUA: PERSPEKTIF KOMPAS

8 Januari 2025 - 19:21 WIB

Analisis Pemberitaan BBC World Service tentang Isu Papua dalam Konteks Subnational Authoritarianism

8 Januari 2025 - 14:39 WIB

Mendorong Dialog dan Keadilan: Framing Tempo terhadap Konflik di Papua

7 Januari 2025 - 18:26 WIB

Mengancam Hak Otonomi Hongkong, RUU Ekktradisi ditolak Demonstran

6 November 2024 - 18:16 WIB

Bagaimanakah Media Barat Memberitakan Prabowo Sebagai Presiden Terpilih Indonesia?

6 November 2024 - 17:55 WIB

Trending di Opini