Negeri Sawai (09/04/2025) – Sebelum peristiwa pertikaian terjadi antara Negeri Sawai dan Desa Masihulan pada tanggal 3 April 2025 sekitar pukul 09.30 WIB, tepatnya pada tanggal 31 Maret 2025 pukul 02.00, diketahui ada dua pria warga Desa Masihulan yang mengendarai sepeda motor masuk ke Negeri Sawai dan dicegat oleh warga setempat. Setelah ditanya maksud kedatangan mereka, ternyata kedua pria tersebut sedang berada di bawah pengaruh minuman keras (miras). Mereka mengatakan bahwa tujuan mereka ke Negeri Sawai adalah untuk mencari Agen BRI Link. Jawaban tersebut kemudian direspons oleh warga dengan meminta agar mereka segera kembali ke Desa Masihulan, dan kedua pria itu pun pulang.
Keesokan harinya, pada pukul 08.30 WIB, terdapat dua sepeda motor yang dikendarai oleh dua pria warga Dusun Rumaolat. Salah satu pria membonceng istri serta anaknya yang berusia sekitar tiga tahun, dan satu lagi membonceng anak berusia sekitar enam tahun. Mereka dicegat oleh salah satu warga Negeri Sawai di wilayah Rohon. Saat ditanya tujuan kedatangan mereka, mereka menjawab ingin membeli minyak Pertalite. Jawaban tersebut memicu sedikit adu mulut yang berujung pada tindakan penamparan oleh warga Sawai terhadap salah satu pria dari Rumaolat, disertai pengusiran agar mereka kembali pulang.
Warga Rumaolat yang tidak terima kemudian melakukan pemalangan jalan utama menuju Desa Olong. Tidak lama setelah tindakan penamparan dan pengusiran tersebut, pihak keamanan dari Polri dan TNI tiba di Negeri Sawai sekitar pukul 12.30 WIB untuk menangani masalah yang terjadi. Namun, karena warga Dusun Rumaolat merasa bahwa penanganan dari aparat belum membuahkan hasil, mereka tetap menolak membuka akses jalan utama menuju Olong selama tiga hari, terhitung sejak tanggal 31 Maret hingga 3 April 2025.
Akibat pemalangan jalan tersebut selama tiga hari, warga dari berbagai negeri/desa di Teluk Dalam, Seram Utara, tidak dapat menuju Desa Olong, demikian pula sebaliknya. Hal ini menimbulkan keresahan dan ketidakpuasan, khususnya dari warga Negeri Sawai dan Desa Olong yang saat itu masih berada dalam suasana lebaran Idulfitri dan ingin melakukan berbagai aktivitas melalui jalan utama yang telah dipalang.
Selain pemalangan jalan tersebut, tepat pada tanggal 3 April 2025 pukul 09.30 WIB, kembali terjadi pemalangan jalan oleh warga Dusun Rumaolat, kali ini dengan menebang pohon di Negeri Sawai (sekitar 500 meter dari gapura “Selamat Datang di Negeri Sawai”). Aksi ini kemudian direspons oleh warga Sawai dengan mendatangi lokasi pemalangan untuk membuka kembali akses jalan. Namun, saat hendak dilakukan pembukaan, dua anggota Polri dan TNI melarang warga Sawai untuk melewati area pemalangan karena dianggap membahayakan keselamatan. Meski begitu, warga tetap bersikukuh membuka akses jalan demi keselamatan mereka yang hendak menuju Negeri Sawai maupun bepergian ke tempat lain (mudik, bekerja, dll.).
Ketika pihak keamanan melakukan koordinasi dan meninggalkan lokasi penebangan pohon, warga Sawai secara inisiatif mulai membuka jalan. Namun, mereka disambut tembakan dan panah yang datang dari arah bukit oleh warga Desa Masihulan. Akibatnya, dua warga Negeri Sawai mengalami luka tembak. Situasi ini memicu kemarahan warga Sawai yang kemudian berusaha melewati jalan yang dipalang untuk menuju Desa Masihulan.
Saat dalam perjalanan ke Desa Masihulan, pihak keamanan Polri dan TNI sudah bersiaga dan berusaha mencegah agar konflik tidak semakin memburuk. Mereka menahan warga Sawai di sekitar jalan tanjakan menuju Desa Masihulan. Warga akhirnya dapat dihalau dan mundur perlahan ke pertigaan jalan menuju Sawai.
Namun, tidak lama kemudian terjadi penembakan terhadap salah satu anggota Polri yang berada di tanjakan jalan bersama aparat keamanan lainnya dan beberapa warga Sawai. Anggota Polri yang tertembak kemudian dievakuasi oleh warga dan aparat. Setelah insiden ini, aparat keamanan meninggalkan lokasi. Warga Sawai pun kembali berupaya menuju Desa Masihulan.
Perlawanan dari warga Masihulan untuk mempertahankan desa tidak berhasil membendung warga Sawai, yang akhirnya berhasil masuk ke Masihulan. Karena banyak warga Sawai mengalami luka tembak, mereka membalas dengan membakar rumah-rumah warga Masihulan. Meski demikian, mereka tidak membakar fasilitas pemerintah seperti sekolah, kantor desa, balai desa, dan rumah ibadah (gereja), serta beberapa rumah warga lainnya.
Penulis: ABDUL MIKAT IPAENIN – KETUA ALIANSI MASYARAKAT ADAT NEGERI SAWAI (AMAN)