Yogyakarta (16/09/2024) – Tim Pelaksana Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan Unit Kegiatan Mahasiswa Olahraga Universitas Teknologi Yogyakarta (PPK Ormawa UKM Olahraga UTY) bekerja sama dengan Komite Olahraga Masyarakat Indonesia (KORMI) Kulon Progo mengadakan Workshop Olahraga Tradisional pada Sabtu, 7 September 2024, dan Rabu, 11 September 2024, di Balai Pemerintahan Kalurahan Tanjungharjo, Kapanewon Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo.
Kegiatan ini merupakan inisiatif penting dalam memperkenalkan dan melestarikan olahraga tradisional yang semakin jarang dimainkan di era modern, serta bagian dari upaya pengabdian masyarakat oleh universitas dan organisasi setempat.
Program kolaborasi ini dirancang untuk menguatkan hubungan antara institusi pendidikan, pemerintah lokal, dan komunitas desa dalam upaya menjaga warisan budaya melalui olahraga tradisional. Kerja sama antara Tim PPK Ormawa UKM Olahraga UTY dan KORMI Kulon Progo menjadi landasan penting untuk menjembatani generasi muda dengan kearifan lokal yang terkandung dalam permainan tradisional. Diharapkan, kegiatan ini dapat meningkatkan pemahaman peserta mengenai nilai-nilai sejarah, sosial, dan budaya yang terkandung dalam setiap permainan tradisional yang diperkenalkan.
Acara ini mendapat sambutan positif dari berbagai pihak, termasuk Lurah Tanjungharjo, Bapak Suyadi, yang hadir bersama jajaran pemerintah desa, Ketua Pokdarwis Bapak Riyadi, serta pengurus dari 4 (empat) pilar desa mandiri budaya. Kehadiran perwakilan dari Panitia Porkal Tanjungharjo dan para guru sekolah dasar di Tanjungharjo menambah semarak kegiatan, menunjukkan dukungan luas terhadap pelestarian olahraga tradisional di tingkat lokal. Para peserta, yang terdiri dari berbagai latar belakang, termasuk anak-anak, pemuda, hingga orang dewasa, turut berpartisipasi dengan antusias dalam setiap sesi.
Workshop ini dibagi ke dalam dua sesi, yang masing-masing membahas olahraga tradisional yang berbeda. Pada sesi pertama, peserta diperkenalkan dengan egrang bambu dan egrang batok. Mereka tidak hanya belajar tentang peraturan dan cara pembuatan alat-alat tersebut, tetapi juga menggali lebih dalam tentang filosofi di balik permainan ini, seperti keterampilan keseimbangan dan kesabaran yang dikembangkan melalui egrang. Setelah teori, peserta diberi kesempatan untuk mencoba langsung alat egrang, yang menambah keseruan acara dengan berbagai tantangan seru.
Sesi kedua menghadirkan olahraga bakiak dan hadang (gobak sodor), dua permainan tradisional yang tidak kalah menarik. Selain mempelajari peraturan dan cara pembuatan alat bakiak, peserta juga diajak untuk memahami nilai kerja sama tim yang terkandung dalam permainan ini. Gobak sodor, yang dikenal dengan nama hadang, tidak hanya menguji ketangkasan fisik, tetapi juga strategi dan kerjasama kelompok. Demonstrasi langsung dari setiap permainan semakin menambah semangat peserta untuk terlibat aktif.
Seluruh kegiatan ini dipandu oleh Bapak Ramina, Ketua KORMI Kulon Progo, yang dengan penuh semangat berbagi pengetahuan dan pengalamannya mengenai pelestarian olahraga tradisional. Keaktifan peserta dalam mendiskusikan serta mendemonstrasikan setiap permainan menunjukkan tingginya minat masyarakat terhadap kegiatan ini. Antusiasme ini diharapkan dapat berlanjut hingga ke generasi muda, yang mungkin belum terlalu akrab dengan permainan-permainan tradisional tersebut.
Workshop olahraga tradisional ini juga merupakan bagian dari rangkaian acara Pekan Olahraga Kalurahan (PORKAL) Tanjungharjo yang akan berlangsung setiap akhir pekan di sepanjang bulan September. PORKAL diharapkan menjadi ajang pertemuan tahunan yang tidak hanya memperkuat tali silaturahmi antar warga, tetapi juga menjadi wadah untuk menampilkan berbagai potensi lokal, termasuk dalam bidang olahraga dan budaya. Keterlibatan aktif komunitas dalam kegiatan ini juga diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi pengembangan pariwisata budaya di Desa Tanjungharjo, menjadikan desa ini sebagai salah satu pusat kegiatan olahraga tradisional di Kulon Progo.
Melalui kolaborasi ini, Desa Tanjungharjo diharapkan tidak hanya menjadi tempat penyelenggaraan acara-acara olahraga, tetapi juga sebagai pusat pembelajaran tentang pentingnya melestarikan budaya lokal, terutama dalam konteks olahraga tradisional. Diharapkan, inisiatif ini dapat menjadi contoh bagi daerah lain untuk mengikuti langkah serupa dalam upaya melestarikan kearifan lokal melalui kolaborasi yang melibatkan berbagai pihak.
Penulis: Syifa Bachmid